MENJADI PERAWAT : ANTARA CITA-CITA, DIPILIHKAN, ATAU SALAH JURUSAN?

Menjadi seorang perawat, sebagaimana profesi lain tentunya, juga perlu proses.

Tidak “makjedunduk” langsung bisa pakai baju putih-putih. Lantas anamnesa pasien terkait riwayat kesehatan seenak hati.

Namanya proses, itu panjang. Sepanjang waktu antara akan mendaftar masuk kuliah hingga hari ini.

Jawaban jadi pertanyaan, mengapa jadi seorang perawat, terkadang masih butuh dihayati.

Bagi teman-teman yang memang sedari dulu bercita-cita jadi perawat. Saya haturkan hormat setinggi-tingginya.

Profesi yang sekitar 30 tahun lalu masih jadi primadona. Kini mulai bertarung dengan perubahan.

Semakin banyaknya lulusan. Juga semakin sedikitnya lahan pekerjaan.

Coba bandingkan angka pertumbuhan rumah sakit dengan jumlah lulusan. Duhh, bisa geleng-geleng kita melihatnya.

Lantas, masih melekat erat di benak orang tua. Kalau kuliah perawat, pasti gampang dapat kerja.

Di tahun 90-an boleh jadi benar adanya. Di zaman sekarang? Ada yang nunggu setahun lebih baru surat lamaran terbaca. Baru dipanggil wawancara. Hasilnya? Musti sabar lagi ternyata.

Bagi Anda yang dipilihkan oleh orang tua dalam memasuki profesi ini. Mari kita tos dulu! Hehe.

Setelah kelulusan Madrasah Aliyah. Niat hati ingin ke Universitas mencoba masuk ke Biologi atau Fisika.

3 kali mendaftar. Sudah tereliminasi, bahkan sebelum tes masuk digelar.

Akhirnya. Madep, mantep, nurut sama orang tua. Diminta mendaftar kuliah perawat (sambil mikir, kuliahnya seperti apa nanti. Kalau kerja, ngapain aja. Bener-bener tidak ada gambaran sama sekali).

Lantas ditemani bulek, mendaftar di Poltekkes Semarang. Dulunya bernama Akper Depkes (mikir lagi. Itu kampus kok belum pernah denger namanya ya 😅).

Saya pun mendaftar. Dengan niat membahagiakan orang tua. Soal cita-cita, urusan nanti saja.

Berkah doa orang tua. Tes alhamdulillah lancar. Padahal banyak soal gak paham ketika mengerjakan.

Saat pengumuman. Masuk 20 besar. Saya geleng-geleng. Sambil berujar syukur. Akhirnya bisa kuliah.

3 tahun pendidikan terasa sangat lama. Beruntung, ikut organisasi membuatnya tidak terasa.

Malah banyak ikut BEM dan HIMA dibanding baca handout dari dosen tercinta. Lah gimana, saya masih “denial”, masih mencari cara menumbuhkan rasa suka.

Kuliah berjalan. Sudah saat masuk dipilihkan. Materi gak masuk-masuk. Kadang kepikiran kalau ini salah jurusan. Haha.

Satu-satunya hal yang membuat hati buncah tatkala tahu. Profesi ini ternyata bisa menjadi jalan ke mancanegara.

Ya. Mancanegara!

Pertama kali mulai jatuh cinta dengan profesi ini adalah 3 bulan menjelang wisuda. Duh, Dek. Butuh waktu lama untuk mencintaimu ternyata.

Cinta itu bernama kamar operasi.

Di rumah sakit. Selain ruang perawatan, ada banyak bidang bagi perawat. Mulai dari UGD, ICU, hemodialisa, kemoterapi, dan lain-lain.

Kamar operasi membuat saya jatuh hati. Akhirnya saya tekuni bidang ini. Walaupun sampai saat ini baru sedikit yang saya ketahui.

Bekerja di dalam negeri. Sambil bersabar menanti batas tahun minimal untuk mendaftar ke luar negeri.

Bukan. Bukan karena tidak cinta ibu pertiwi. Tapi ada sesuatu di luar sana yang ingin saya ketahui.

Hal itu karena untaian kalimat di sampul belakang novel Edensor yang bertenaga itu.

“Aku ingin hidup mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda marabahaya, dan memecahkan misteri kehidupan dengan sains.

“Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman, lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka.

“Aku ingin hidup dengan kemungkinan-kemungkinan yang saling bereaksi satu sama lain, seperti benturan molekul uranium; meletup tak terduga, menyebar, mengikat, mengganda, terurai, dan berpencar ke arah-arah yang mengejutkan.

“Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan membaca bintang-gemintang. Aku ingin pergi ke tempat-tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing. Ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin, dan menciut dicengkram dingin.

“Aku ingin hidup yang memabukkan, penuh pesona, dan penuh dengan penaklukan. Ku ingin mencari dan menemukan mozaik hidupku di pelosok-pelosok negeri bahkan di ujung-ujung dunia sekalipun.

“Kuingin menemukan jati diriku, Ku akan berjuang untuk menggapai mimpi-mimpi itu sampai titik zenit dan nadir hidupku.

Berkat kalimat itulah. Hingga hari ini. Dalam dunia rantau yang masih penuh dengan berbagai misteri. Saya bertahan.

Sambil terus berjalan. Sembari terus berproses. Lama-lama cinta itu datang walau asalnya dipilihkan dan sempat merasa salah jurusan.

Semua terasa susah pada awalnya. Mustahil kelihatannya. Serta berbagai hal yang membuat nyali ciut hingga enggan berusaha.

Berkah dari orang tua. Hangatnya doa dalam setiap sujud dan tangkupan tangan mereka. Sebuah pencapaian pun terlaksana.

Tapi itu bukanlah akhir dari perjalanan. Sebaliknya, sebuah permulaan baru.

Semakin banyak pintu misteri yang menunggu untuk dibuka.

Semakin banyak kemungkinan untuk dijelajahi.

Dengan segenap tekad, usaha dan lantunan doa yang mengangakasa dari tanar air tercinta.

Sebanyak apapun kemustahilan akan bisa terlampaui. Pasti!

*Uki

8 respons untuk ‘MENJADI PERAWAT : ANTARA CITA-CITA, DIPILIHKAN, ATAU SALAH JURUSAN?

  1. Wow… Luar biasa kak arsyad, semoga saya juga bisa menyusul ke luar negeri. Membaca artikel ini saya jd senyum sendiri karena kurang lebih seperti itu juga saya rasa di dunia keperawatan. Sampai saat ini saya masih bertanya2 tentang profesi yang saya geluti. Semoga ke depannya aq juga bisa cinta dengan yang namanya keperawatan.

    1. Mkasih kak saya udah add facebooknya dan kirim pesan messenger
      Jika berkenan sy mau nanya2 kak perihal k jepang
      Krna sy ini fresh graduate S.Kep.Ns soalny kak
      Dan udah daftar prawat k jepang sbg careworker melalui BNP2TKI kak
      Jdi jika tdk mengganggu boleh sya bertanya2 kak?

    2. Mkasih kak saya udah add facebooknya dan kirim pesan messenger
      Jika berkenan sy mau nanya2 kak perihal k jepang
      Krna sy ini fresh graduate S.Kep.Ns soalny kak
      Dan udah daftar prawat k jepang sbg careworker melalui BNP2TKI kak
      Jdi jika tdk mengganggu boleh sya bertanya2 kak???

  2. Kak, maaf boleh nanya gak? Seorang perawat biasanya bisa menyampaikan saran apa aja ke pasien?
    Atau perawat biasanya cuma menyampaikan pesan dari dokter untuk pasien saja?
    Terus ada gak budaya yang harus diperhatikan pas nyampain saran ke pasien..?
    Saran nya maksud saya berupa larangan atau anjuran kepada pasien untuk menunjang proses kesembuhannya kak…
    Maaf kalau pertanyaannya terlalu panjang hehe demi tugas kuliah…
    Terima kasih.

  3. Sugoi kakoi. 🤣 honestly, uda baca ini kesekian kalinya.
    Next critain pnglmn dsna dunk mas, jobdesk nya samean, perbedaan2 aturan RS indo vs japan dll.

Tinggalkan komentar