PERAWAT : YANG DI JEPANG INGIN KE SAUDI, YANG DI SAUDI INGIN KE JEPANG?

Apakah itu keliru? Tidak. Karena saya tidak menyoroti benar atau salahnya.

Saya tergelitik menulis ini gara-gara seorang teman perawat di Saudi yang bertanya-tanya soal kehidupan perawat di Jepang.

Lantas mengutarakan keinginannnya untuk mencoba mendaftar kesini.

Juga, karena ada teman yang sudah masuk ke Jepang, bertanya bagaimana cara mendaftar ke Saudi.

Kalau misalnya bisa, kedua orang itu bertukar posisi saja, hehe. Mungkin masalah akan terselesaikan.

Mungkin? Iya, mungkin.

Karena mau pindah kerja ternyata tidak sesederhana itu.

Sama halnya dengan proses mulai dari muncul keinginan hingga melakukan pendaftaran. Menikmati masa harap-harap cemas dalam setiap tes lantas terkucur keringat dingin ketika dekat dengan masa pengumuman.

Baik di dalam negeri, maupun yang ke luar negeri. Fase itu sama saja. Sama-sama rumitnya!

Pertanyaanya. Mengapa keinginan pindah kerja itu terjadi? Lantas kurang enak apa kerja di Saudi? Di Jepang juga?

Tentunya, setiap orang memiliki sederet panjang pertimbangannya masing-masing.

Bukan sebuah rahasia jika faktor ekonomi dan kesejahteraan merupakan salah satu hal yang dicari jika kerja di luar negeri.

Saya bilang salah satu. Karena motivasi tiap orang berbeda-beda.

Ada yang ingin mengembangkan potensi diri. Ada yang ingin kerja, bisa sambil jalan-jalan ke tempat-tempat yang terpatri dalam mimpi.

Ada yang coba-coba, karena melamar kerja di daerah asal gak dipanggil-panggil. Ada yang memang cita-cita sedari kecil. Serta kita bisa menambahkan sederet alasan lainnya.

Teman yang dari Saudi bertanya, “Apakah di Jepang bisa shalat jumat? Apakah bisa shalat 5 waktu?”

Sebelum jawab. Saya malah nanya balik.

“Kalau soal shalat, bukannya lebih enak disana, Mas? Malah kalau haji sama umroh deket.”

Dia lantas menjawab, “Iya, sih kalau soal itu.”

Begini. Di Jepang, saya kira semakin kesini. Mereka semakin paham apa itu agama islam. Jadi, soal shalat, asal dikomunikasikan dengan baik. Insyaallah, mereka akan mengizinkan.

Sebagai contoh rumah sakit yang saya tempati. Bahkan ada mushollanya. Kerena konsekuensi dari kewenangan rumah sakit yang bisa menerima pasien asing.

Jadi, saya merasa terbantu ketika menjelaskan apa itu shalat. Apa itu puasa.

Bahkan, saya sering diingatkan untuk shalat ketika waktunya tiba. Juga mendapat libur setiap hari jumat.

Bagaimana caranya? Dikomunikasikan. Dijelaskan baik-baik. Insyaallah mereka mengerti.

Lalu, apakah ada rumah sakit atau panti lansia yang susah dimintai ijin shalat ketika waktunya tiba?

Saat awal-awal bekerja, ada beberapa teman saya bercerita demikian. Tapi, setelah berjalanannya waktu, akhirnya bisa.

Kuncinya? Komunikasi!

Untuk itulah salah satu alasan agar sebelum masuk rumah sakit bisa berbahasa Jepang dengan baik.

Selanjutnya, pertanyaan sensitif. Soal gaji bagaimana, Mas?

Di Jepang. Perawat yang belum lulus ujian negara, mendapatkan gaji yang bervariasi antara 130 ribu sampai 150 ribu yen.

Bisa kurang, ada juga yang lebih. Tergantung daerah juga. Ya, mirip UMR di Indonesia. Tiap daerah beda, Kan?

Kalau sudah lulus ujian? Gaji dimulai seperti karyawan di Jepang pada umumnya. Sekitar 200 ribu yen. Seiring meningkatnya jam kerja dan kemampuan, tentu akan bertambah juga.

Dengan catatan tambahan. Potongan disini itu besar! Lalu biaya hidup di Jepang? Sudah banyak tulisan yang membahas tentang mahalnya biaya hidup disini.

Berbeda dengan gaji teman-teman di Saudi. Tidak terlalu banyak potongan, kata mereka. Harga kebutuhan pokok juga relatif aman.

Kalau misal dibuat hitung-hitungan. Soal gaji itu relatif. Karena soal uang itu juga relatif. Sesuai kebutuhan. Sesuai gaya hidup.

Kalau saya pribadi. Kerja dimana itu bukan soal uang saja. Tapi bagaimana bisa berkembang.

Teman yang di Saudi juga mengamini hal itu. Secara materi insyaallah tercukupi. Tapi secara pengembangan diri, di tempat dia bekerja sekarang. Merasa susah untuk berkembang.

Dalam kondisi seperti itu. Saya tidak akan melarang kalau misalnya dia ingin pindah. Toh, itu juga pilihannya.

Siapa tahu, jalan perkembangan karirnya memang di Jepang. Siapa tahu.

Lantas yang di Jepang? Ada juga memang yang ingin ke Saudi.

Memang gak enak kerja disini? Itu bisa sangat banyak faktornya kalau ingin dibahas.

Salah satunya dalam artikel di bawah ini.

https://theconversation.com/perawat-migran-indonesia-di-jepang-gajinya-tinggi-apakah-mereka-bahagia-90841

Saran saya, baca artikel itu pelan-pelan, hehe.

Jadi. Dari Indonesia mau ke luar negeri? Silakan. Dari Jepang mau pindah ke Saudi? Monggo. Dari Saudi mau mencoba ke Jepang? Sah-sah saja.

Asal sesuai tujuan. Sesuai dengan kebutuhan. Dan yang terpenting, sesuai pilihan.

Eh, ada juga sih, perawat dari Saudi yang pindah ke Jepang. Tapi karena ikut suaminya, hehe.

*Uki

Tinggalkan komentar